Sabtu, 19 Mei 2012

Wajah Sinjai Barat dalam 2010



LETAK GEOGRAFIS
Kecamatan Sinjai Barat terdiri dari terdiri dari 7 desa dan 2 kelurahan, semua desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Sinjai Barat bukan merupakan wilayah pantai karena letak kecamatan ini berada di dataran tinggi. Klasifikasi desa/kelurahan di Sinjai barat adalah termasuk desa swakarya. Jarak ibukota kecamatan Sinjai barat (kelurahan Tassililu) ke ibukota kabupaten sekitar 55 km. 
LUAS, LETAK DESA/KELURAHAN DAN JARAK IBUKOTA KECAMATAN-KABUPATEN
  DESA/KELURAHAN     LUAS (KM)  
  JARAK IBU KOTA KAB      LETAK DARI PERMUKAAN LAUT   
Gunung perak22,99
52±  950
Balakia3,70
58±  950
Tassililu5,44
55±  800
Arabika9,46
48±  900
Barania18,78
49±  925
Botolempangan18,22
46±  750
Bonto salama14,50
58±  600
Turungan baji18,60
62±  600
Terasa 23,84 61 ±  600

PEMERINTAHAN
Kecamatan dengan 9 desa/kelurahan ini terbagi atas 34 dusun dan 6 lingkungan (keadaan 2009), dusun dan lingkungan tersebut masih terbagi lagi atas 100 RW/RK  yang terbagi lagi kedalam 241 RT, sedangkan jumlah pamong desa sebanyak 9 orang, jumlah LPM sebanyak 9 lembaga dan jumlah lembaga pemuda adalah 2 unit per desa.
Pada tahun 2009 terdapat 13 Proyek pembangunan di kecamatan sinjai barat yang bergerak dibidang perhubungan dan sosial dengan sumber dana berasal dari APBN (PNPM). Bidang yang paling banyak menelan biaya adalah bidang perhubunganl.

PENDUDUK
Penduduk Kecamatan Sinjai Barat pada tahun 2009 sekitar 23.597 jiwa, jumlah penduduk ini mengalami peningkatan sebesar 15,98 % untuk kurun waktu 10 tahun (jumlah penduduk th 2000 mencapai 20.345 jiwa). Dengan luas 135,53 km2 kecamatan sinjai barat memiliki kepadatan penduduk sekitar174
orang per km2  pada tahun 2009 (rata-rata kepadatan penduduk per tahun ± 180 orang per km2), desa/kelurahan dengan kepadatan penduduk tertinggi pada tahun 2009 adalah Kelurahan Tassililu.
JUMLAH  PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN SEX RATIO PER DESA/KEL TH 2009
   DESA/KELURAHAN     LAKI-LAKI      PEREMPUAN      TOTAL PENDUDUK      SEX RATIO    
Gunung perak15111646315792
Balakia572674124685
Tassililu20902367445788
Arabika12291240246999
Barania7291039176870
Botolempangan14461518296495
Bonto Salama151313622875111
Turungan baji9639381901103
 Terasa 1432 1328 2760
 108 
Penduduk Kecamatan Sinjai Barat pada umunya bermatapencaharian dibidang pertanian dan perkebunan dengan produksi utama dibidang pertanian adalah padi dan dibidang perkebunan adalah tembakau, cengkeh, coklat dan kopi.

SOSIAL
PENDIDIKAN
Perkembangan dunia pendidikan di Kecamatan Sinjai Barat selama 10 tahun terakhir mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari peningkatan fasilitas pendidikan seperti pembangunan dan perbaikan sekolah, penambahan kualitas dan kuantitas guru yang mengajar serta fasilitas pendukung pendidikan lainnya (buku-buku, alat peraga, ruang kelas dll). Sekolah di Kecamatan Sinjai barat ada mulai dari TK sampai jenjang pendidikan SMA/sederajat.
JUMLAH SEKOLAH, RUANG BELAJAR, MURID DAN GURU TH 2009 MENURUT JENIS SEKOLAH DI KEC.SINJAI BARAT
JENIS SEKOLAH JML SEKOLAHJML RUANG BELAJAR JML MURID GURU 
 Laki-lakiPerempuan 
 Taman kanak kanak     81614515432
 SD 2716315381449232
 SMP33441449571
 SMA1915021639
 Ibtidaiyah51616414549
 Tsanawiyah41211211755
 Aliyah41216219766
PERUMAHAN DAN KESEHATAN
Dikecamatan Sinjai barat terdapat 5.474 bangunan tempat tinggal pada tahun 2009, jumlah ini meningkat 36,88 % dari 10 tahun yang lalu yakni tahun 2000 yang hanya sekitar 3.999 bangunan. Dari jumlah bangunan tempat tinggal tersebut sebanyak 30 % merupakan rumah panggung, 20 % rumah semi permanen dan 50 % rumah permanen.
Fasilitas kesehatan di Kecamatan ini terdiri dari 9 unit puskesmas/puskesmas pembantu dan  38 unit posyandu. Untuk memenuhi kebutuhan akan perawatan kesehatan bagi masyarakat Kecamatan Sinjai Barat maka pemerintah mengalokasikan 3 dokter umum, 32 orang perawat kesehatan, 13 bidan yang masing-masing tersebar hampir diseluruh desa/kelurahan di kecamatan Sinjai Barat. 

PERTANIAN
Kecamatan Sinjai barat memiliki potensi pertanian yang cukup besar, dengan total luas sawah 1.688 ha dengan 50 % wilayah tersebut menggunakan sistem pengairan sederhana, 40 % menggunakan sistem pengairan teknis dan 10 % menggunakan sistem pengairan non PU, maka rata-rata produksi padi per tahunnya adalah 16.987 ton.
Selain bidang pertanian, bidang perkebunan merupakan bidang yang sangat potensi, dengan luas areal perkebunan sebesar 1.961 Ha, maka produksi dibidang perkebunan antara lain kopi sebanyak 2.040 ton, tembakau sebanyak 286 ton, coklat sebanyak 320 ton dan cengkeh sebanyak 252 ton.
Dibidang peternakan, jenis ternak yang banyak di budidayakan adalah sapi potong, sapi perah, kuda, kambing dan unggas (ayam dan itik).
POPULASI TERNAK DI KEC.SINJAI BARAT TH 2009 MENURUT DESA/KEL
   DESA/KELURAHAN      JML SAPI    JML SAPI PERAH    JML KUDA      JML KAMBING        JUMLAH UNGGAS    
Gunung perak973 45769853809
Balakia308 43231622406
Tassililu723 686154110618
Arabika645 1283803541
Barania612 71404571397
Botolempangan666 5282744243
Bonto salama503 -62574492
Turungan baji724 -2420325911
Terasa815 -1621564069

INDUSTRI DAN ENERGI
Di Kecamatan sinjai barat terdapat 586 usaha/perusahaan industri yang 95 % merupakan industri kerajinan atau industri rumah tangga dan sisanya adalah industri kecil. Industri tersebut umumnya bergerak dibidang industri bahan makanan dan minuman seperti gula merah, industri tembakau maupun industri bahan bangunan seperti kusen, pintu dan jendela.
Dibidang energi  khususnya listrik, hampir seluruh desa/kelurahan di kecamatan ini mendapatkan aliran listrik PLN, kecuali desa Turungan baji dan Terasa yang belum menikmati aliran listrik PLN, ada sekitar 2.379 rumah tangga di kecamatan sinjai barat yang telah menikmati aliran listrik PLN, 109 listrik generator, 2 listrik tenaga surya.

PEREKONOMIAN
Dibidang perdagangan, kecamatan sinjai barat memiliki 3 pasar umum, dengan rincian jumlah kios sebagai berikut :
Kios barang campuran        = 163 
 Kios pakaian=  -
 Kios bahan bangunan=  11
 Kios hasil bumi=   -
 Warung makan=  35
sedangkan jumlah koperasi yang ada yaitu 2 unit KUD yang ada di Kelurahan Tassililu dan desa Arabika dengan jumlah anggota 837 orang, serta 6 koperasi non KUD dengan jumlah anggota 526 orang. 

Sumber :  http://sinjaikab.bps.go.id

Senin, 12 Desember 2011

Susu Sinjai Terima Penghargaan Presiden


SINJAI, UPEKS--Koperasi Susu SINTARI, yang memproduksi susu paesteurisasi dengan label Susu Sinjai (SUSIN), mendapat penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara 2011 dari Presiden Republik Indonesia, di istana negara baru-baru ini.
Penghargaan tertinggi bidang ketahanan pangan ini, diterima langsung Ketua Koperasi SINTARI, Kecamatan Sinjai Barat, Abd. Rajab. “Jadi Koperasi Susu SINTARI, menerima Adhikarya Pangan Nusantara untuk kategori Pengolahan Hasil Peternakan. Penghargaan ini diberikan kepada masyarakat, yang dinilai berprestasi dalam bidang ketahanan pangan, meliputi segi produksi, pengelolaan, sistem ketahanan pangan, maupun sistem agrobisnis pangan” jelas Kasubag Humas dan Protokol Pemkab Sinjai, Irwan Syuaib dalam rilisnya kepada Upeks.
Menurutnya, proses penilaian tersebut dimulai saat turunnya tim penilai dari Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Dari hasil peninjauan tersebut, diperoleh fakta bahwa pengelolaan produk SUSIN dibawah manajemen Koperasi Susu SINTARI, telah melewati uji kelayakan dari BPOM dan itu dianggap memiliki nilai lebih oleh tim penilai.
Adhikarya Pangan Nusantara diberikan kepada 61 penerima dalam empat kategori, yaitu 17 penghargaan pelopor ketahanan pangan, 13 penghargaan pelayanan ketahanan pangan, 25 penghargaan pengguna kreatif teknologi ketahanan pangan, dan 16 penghargaan pembina ketahanan pangan.

Sumber: http://www.ujungpandangekspres.com/

Sabtu, 04 Juni 2011

Karena Susin, Bupati Sinjai Diundang ke Semarang


Susu-Sinjai.jpg
Bupati Sinjai, Rudianto Asapa, melihat sapi perah di salah satu peternakan sapi di Sinjai. Pemkab Sinjai kini tengah menggenjot produksi susu yang dinamai Susu Sinjai (Susin) untuk konsumsi Sulsel dan nasional.
SINJAI, TRIBUN-TIMUR.COM -  Bupati Sinjai, A.Rudiyanto Asapa, diundang sebagai salah satu pembicara pada peringatan hari susu nusantara yang digelar di Plaza Semarang, Jateng, Kamis hingga Sabtu (2-4/6). Rudiyanto diundang karena Sinjai dinilai sebagai daerah yang berkomitmen dalam pengembangan industri susu sebagai makanan tambahan bagi anak.

Hadir sebagai satu-satunya kepala daerah, Rudi memperkenalkan produk susu murni dan susu olahan yang diberi nama Susu Sinjai (Susin). Dia juga memaparkan komitmen Pemkab Sinjai yang diperlihatkan melalui dukungan anggaran dan kebijakan pada industri susu lokal. Salah satu kebijakan tersebut yakni integrasi program Pemberian Makanan Tambahan untuk Anak Sekolah (PMT-AS) dan pengembangan sapi perah serta industri susu.

Program tersebut telah diretas pemkab sejak tahun 2004. Kasubag Humas Pemkab Sinjai, Irwan Suaib, menuturkan, dalam seminar Rudiyanto menjelaskan gagasan industri susu lokal melalui Susin untuk meningkatkan kesehatan sehingga bisa memacu pertumbuhan SDM Sinjai. "Anak usia sekolah yang diprogramkan meminum susu segar memiliki ketahanan fisik, minat dan kemampuan belajar yang lebih baik," tuturnya.

Sejak program PMT-AS bergulir, setiap murid SD kelas I hingga III memeroleh Susin sebanyak 150 cc setiap tahun atau setara dengan 40 gelas per tahun. Pada tahun 2010 sekitar 2.462 murid mendapat Susin. Sedangkan pada tahun ini, murid yang terdaftar pada program PMT-AS mencapai 2.551 orang.

Selain Rudiyanto, sejumlah pembicara yang hadir pada seminar yakni Ketua Dewan Persusuan Nasional, Teguh Boediyana, Pimpinan PT Indolakto, Dekan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang dan perwakilan Dirjen Pendidikan Dasar Kemendiknas RI.(*)

Sumber: http://makassar.tribunnews.com/

Minggu, 15 Mei 2011

Para Perempuan Besi di Desa Gunung Perak




KOMPAS.com — Perjalanan menuju kaki Gunung Bawakaraeng adalah romantisme akan sawah hijau, pucuk pegunungan yang berselimut kabut, dan bentangan langit biru. Ini panorama sempurna yang memburamkan potret kemiskinan di wajah Nanneng (42), sang perempuan panre bassi (pandai besi) itu....
<a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a3126491&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=951&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a3126491' border='0' alt='' /></a>
Tanah bergetar. Nanneng menghantamkan palu seberat lima kilogram untuk menempa besi panas membara. Tak sampai 20 pukulan, dia berhenti, mengambil napas, lalu mengelus lengannya. "Perempuan di sini kuat-kuat," ucapnya. Kanang (41), temannya, menimpali, kuat karena ditinggal pergi suami. Tawa mereka berderai, api dari tungku mendesis.
Ini sekelumit kisah dari pammanrean (bilik pandai besi) di Dusun Puncak, Desa Gunung Perak, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, sekitar 115 kilometer dari Kota Makassar. Sebanyak 18 perempuan di desa ini bekerja untuk membuat parang, arit, dan pisau dapur.
Para perempuan ini dikenal hingga ke pusat kecamatan. Mereka dianggap sebagai perempuan besi yang tenaganya mengalahkan pria. Tiada yang menyadari, kehidupan di pammanrean adalah rangkaian kerapuhan yang berlangsung bertahun-tahun.
Kerapuhan itu mewujud dalam rupa Nanneng. Suaminya, Baharuddin si pencari kayu, meninggal sepuluh tahun lalu meninggalkan tiga anak dan kemiskinan. Satu-satunya pilihan bagi perempuan yang tidak tamat sekolah dasar seperti dia adalah menjadi panre bassi.
Nanneng adalah generasi ketujuh pandai besi di keluarganya. Ini pekerjaan yang dilakoni oleh mayoritas perempuan di Desa Gunung Perak karena suami lebih memilih bekerja di sawah dan merantau. Mereka belajar hanya dengan melihat dan kekuatan untuk mengayunkan palu bertambah karena kebiasaan.
Desakan ekonomi menyeret Nanneng ke pammanrean. Dia dibantu oleh dua sahi (pembantu) yang bertugas memompa tabung kayu agar api menyala dan menempa besi membantu Nanneng. Tujuh hari dalam seminggu, mereka bekerja sejak pukul 08.00 hingga 17.00.
Ini kerja keras dengan hasil yang minim. Untuk membuat satu parang, misalnya, dibutuhkan setengah kilogram besi tua, arang, dan dua sahi yang diupah Rp 2.500 untuk setiap batang parang. Parang yang ditempa masih harus dikikir sebelum dijual ke Pasar Manipi, sekitar lima kilometer dari Dusun Puncak, dengan harga Rp 35.000 per batang.
Pasar hanya berlangsung setiap Rabu dan para perempuan harus menyewa angkutan dengan biaya Rp 20.000 untuk menuju ke sana. "Kalau hanya laku satu saja, artinya tidak ada uang jajan untuk anak," tukas Nanneng.
Harus kuat
Para perempuan yang berjibaku di pammanrean hanya punya satu pilihan: menjadi kuat. Alam tempat mereka berdiam telah mengajarkan mereka untuk bertahan. Dusun yang terletak di ketinggian sekitar 1.200 mdpl ini seakan tersembunyi dari hiruk-pikuk kegembiraan para pendaki yang menuju Gunung Bawakaraeng.
Jalan pedesaan selebar empat meter sudah diaspal, namun tiada angkutan umum yang lewat. Sangatlah jamak penduduk tua dan muda berjalan dengan santai dan perlahan untuk menuju sekolah serta pasar sembari menikmati sawah dan pegunungan di kiri-kanan jalan yang berliku tajam. Angkutan baru digunakan jika penduduk hendak menjual barang dalam jumlah banyak ke pasar.
Hasil alam yang bisa diandalkan hanya sawah yang dipanen dua kali dalam setahun. Sawah milik Nanneng yang katanya, "Malu sebut luasnya karena sangat sedikit", menghasilkan sepuluh liter beras saja. Beras itu hanya mencukupi kebutuhan dia dan tiga anaknya selama sebulan. Untuk itulah dia tetap menjadi panre bassi agar bisa membeli kebutuhan pokok.
Dusun yang dihuni sekitar 150 keluarga ini bak dusun kaum perempuan. Mayoritas pria merantau sejak belasan tahun lalu dan kembali tak tentu waktu. Ini juga yang mendorong Kanang menjadi sahi setelah suaminya, Yusuf, merantau menjadi buruh harian di Makassar hingga Jayapura.
Sejak anak sulung mereka berusia 40 hari, Yusuf sudah meninggalkan dusun dan hanya kembali dua bulan sekali. "Anak bungsu lahir pun tidak dilihat bapaknya," kata Kanang dengan nada datar.
Kebutuhan semakin banyak dan Yusuf semakin jarang pulang. Dari satu bulan menjadi tiga bulan hingga Kanang tidak lagi menunggu. "Yang penting uang bulanan datang," ucapnya.
Yusuf menitipkan uang belanja untuk istrinya kepada sopir truk di Makassar yang sebulan sekali membawa pesanan besi tua dari Makassar ke Dusun Puncak. Bagi Kanang, uang itu bisa dipakai untuk membeli beras, tetapi tidak akan menggantikan ketidakhadiran sosok ayah bagi lima anaknya.
Janji tinggal janji
Dari balik pammanrean, para perempuan tengah mempertahankan kehidupan kendati itu harus dibayar dengan kesehatan yang memburuk. Puluhan tahun bekerja dengan bara api, besi, dan tungku panas membuat kulit tangan Nanneng melepuh dan berbintik kecoklatan. Dia tidak menggunakan sarung tangan karena dianggap menghambat pergerakan.
Panre bassi lainnya, Halijah (50), mengeluhkan tangannya yang pegal-pegal setiap malam sehingga kerap sulit tidur. Paparan api dan serbuk besi dalam waktu lama membuatnya kerap batuk dan sesak napas. Tetapi, pergi dokter tak pernah ada dalam kamus mereka. Biaya ke dokter artinya mengurangi jatah untuk membeli beras.
Untuk mengurangi beban pandai besi, Kelompok Pandai Besi Maddakko, wadah bagi para panre bassi, sudah mengajukan permintaan bantuan blower untuk mengipasi tungku api dan gerinda ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sinjai.  
"Kunjungan dari dinas ke sini sering, tetapi bantuan yang dijanjikan tidak pernah datang," ujar Ketua Kelompok Pandai Besi Maddakko Amir Huda.
Guru Besar Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar Prof Dwia Aries Tina menilai, kemiskinan mendorong para perempuan menjalani pekerjaan yang selama ini dianggap wilayah pria. "Itu dimaklumi, sekarang tinggal bagaimana pemerintah memberikan fasilitas yang memadai agar mereka tidak terus dijerat kemiskinan," ucapnya.
Di tengah pengabaian dari pemerintah, para perempuan di kaki Gunung Bawakaraeng ini menunjukkan, daya hidup mereka sekukuh besi, yang terus-menerus ditempa gelombang kehidupan.

Sumber: http://regional.kompas.com/

Jumat, 04 Maret 2011

Manipi dalam Media


 


TEMPO Interaktif, Jakarta -  PT PLN (persero) menambah pasokan daya listrik Sulawesi Selatan sebanyak 10 Megawatt dalam waktu dekat. Rencananya, tambahan pasokan tersebut akan datang dari PLTA di Tangka-Manipi yang berada di Sinjai, Sulawesi Selatan.

PLTA Tangka-Manipi memiliki kapasitas terpasang sebesar 10 Megawatt yang terdiri dari 2 unit mesin, yakni 1x6,5 MW dan 1x 3,5 MW. Pembangkit tersebut dikembangkan oleh pengembang listrik swasta PT Sulawesi Mini Hydro Power (SMHP)."Penandantangan Power Purchase Aggreement (PPA) antara PLN dengan pihak pengembang telah dilakukan sejak n Maret 2007," kata Manajer Humas PLN, Bambang Dwiyanto, Jumat (04/03).

Proyek PLTA Tangka sebelumnya sempat masuk dalam kategori IPP (Independent Power Producer), namun mengalami kendala akibat permintaan kenaikan harga jual dari pihak pengembang yang dinilai cukup tinggi oleh PLN.
PLN akhirnya melakukan proses penyelesaian dan negosiasi ulang, sehingga proyek dapat diselesaikan dan pembangkit dapat dioperasikan untuk memperkuat sistim kelistrikan Sulawesi Selatan. "Nantinya, PLN akan membeli listrik yang dihasilkan dari PLTA Tangka sekitar Rp. 601 /kWH," jelasnya.

Pembelian listrik dari PLTA Tangka akan sangat signifikan untuk menekan biaya produksi listrik perusahaan setrum tersebut, potensi penghematan yang bisa dilakukan PLN diperkirakan bisa mencapai sekitar Rp. 50 Juta/hari atau Rp.1,5 Milyar per bulannya, apalagi saat ini konsumsi listrik di wilayah tersebut mengalami peningkatan terutama untuk provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat.

Setelah beroperasi penuh, listrik yang dihasilkan dari PLTA Tangka akan disalurkan melalui jaringan transmisi pada sistim kelistrikan Sulawesi Selatan. Saat ini, kelistrikan di wilayah Sulawesi Selatan dikelola oleh PLN Wilayah Sulselrabar yang menjangkau 3 provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat.
Kemampuan pasok sistim kelistrikan Sulselrabar mencapai 790,6 MW. Dari daya mampu sebesar itu, 321,1 MW di antaranya berasal dari sejumlah pembangkit milik PLN yang ada di wilayah Sulserabar, pasokan dari IPP sebesar 262,5 MW dan dari pembangkit sewa 207 MW. Sementara itu kebutuhan pasokan pada saat beban puncak (peak load) mencapai 669,3 MW.

GUSTIDHA BUDIARTIE

Senin, 14 Februari 2011

Sinjai Barat Daerah Wisata yang Potensial


Kec. Sinjai Barat yang terkenal dengan daerah pengembangan holtikultura memiliki banyak potensi wisata lainnya yang tak kalah menariknya, seperti perkebunan, pengolahan markisa segar, tanaman sayuran dan kopi arabika dan anda dapat pula menyaksikan acara ziarah ke kompleks makam raja-raja Turungeng, makam Srikandi Balakia dan pusat pengembangan peternakan sapi perah, dan masih banyak lagi wisata-wisata lainnya yang dimiliki Sinjai Barat. Sinjai Barat juga mempunyai banyak air terjun yang sangat menakjubkan, ada Air Terjun Pincuni, Air Terjun Baju Ejayya, dan Air Terjun Barania. Selain itu pemandangan pengunungannya yang melukiskan khasanah keindahan alam yang natural.

Sabtu, 12 Februari 2011

Pengembangan Sapi Perah Di Kab. Sinjai

Desa Gunung Perak di Sinjai Barat adalah salah satu desa yang subur di Kabupaten Sinjai – Sulawesi Selatan. Desa ini berada di ketinggian seribu seratus meter dari permukaan laut, sehingga iklim di disini terasa sangat sejuk.
Sebagian besar penduduk desa ini yang berjumlah sekitar tiga ribu jiwa, mengandalkan mata pencaharian dengan menanam daun tembakau.
Mereka masih mengolahnya secara tradisional dan menjadi tembakau pilihan yang harganya cukup baik di pasaran. Pekerjaan seperti ini sudah rutin dan membuat mereka merasa hidup berkecukupan.
Namun tidak dengan Rajab. Sebelumnya, ia berternak sapi potong, kini ia beralih berternak sapi perah. Tidak banyak warga di desa yang melakukan ini, karena sama saja mengubah hidup seratus delapan puluh derajat.
Bayangkan, Rajab setiap hari harus membersihkan kandang dan enam ekor sapinya. Ini jauh berbeda dengan sapi potong.
Sembilan puluh persen warga di desa ini masih berternak sapi potong. Sekilas lebih mudah, namun hasilnya juga tidak seberapa.Hanya saja, Rajab, tidak mau menyebutkan besar keuntungan yang ia dapat.
Rajab kini, menjadi motor penggerak di desanya. Sebagian tetangganya, mulai mengikuti jejak ayah dari tiga orang anak ini.
Usaha Rajab memang tidak mudah, karena sebagian besar masyarakat di sini, masih enggan untuk beralih ke ternak sapi perah, karena terbatasnya lahan rumput untuk pakan-nya.
Rajab sebaliknya sudah mulai memetik hasilnya. Susu perahannya ia jual ke koperasi susu milik pemerintah. Di sini, susu murni Rajab disterilkan agar bisa bertahan lama, lalu dikemas menjadi produk susu segar dengan rasa coklat dan strawberry.
Rajab dan segelintir warga di Desa Gunung perak di Sinjai Barat, adalah potret dari sebagian masyarakat yang berani untuk mencoba sesuatu yang belum lazim di daerahnya. Tentunya Rajab membutuhkan dukungan besar, karena biasanya langkah besar dimulai dari langkah yang kecil.
Sumber: http://www.indosiar.com/ragam/57046/rezeki-dari-sapi-perah